Video Nenek Ngesot Perawat Puluhan Kucing Liar Kota Semarang: Cuma Mereka Teman Saya Sampai Mati

 Mbah rumahnya di mana?



Tanya Tribunjateng.com, kepada Mbah Sriah (75) saat sedang sibuk memberi makan kucing di Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Petudungan di Purwodinatan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang.


Selesai memberi makan kucing, nenek renta ini ngesot menuju gubuk kecilnya.

Seorang tetangga membantu menyeberang jalan yang sore ini tampak ramai dilalui pengguna jalan.


Gubuk Mbah Sriah berupa rumah terpal berukuran 1 meter x 2 meter dengan tinggi sekira 2,5 meter.


Posisi rumah terpal hampir mirip dengan tenda dengan posisi menempel di pagar toko yang sudah tak terpakai.


Tempat tinggal berupa rumah terpal yang berada di depan emperan toko kosong.


"Ini rumah saya," jawab Mbah Sriah, Selasa (8/9/2020) sore.


Di rumah terpal itu, Mbah Sriah menghabiskan waktu sehari-hari.

TONTON VIDEONYA



Ia bekerja sebagai pemulung dengan memunggut sampah di TPS Petudungan di seberang tempat tinggalnya.

TPS juga berada di bantaran sungai Semarang.


"Saya sebatang kara sudah hampir 30 tahun di sini," terangnya.

Pasalnya ia memikiki empat kucing peliharaan masing-masing bernama Apuk, Manis, Sireng dan Penceng.


Diakui Mbah Sriah, keempat ekor kucing itu yang menjadi temannya dalam menghabiskan waktu baik beristirahat dan bekerja.


"Kalau soal makan, tidak hanya empat ekor kucing ini namun semua kucing di sekitar sini kalau ada makan saya kasih semua," terangnya.



Di segala keterbatasan, Mbah Sriah paling tidak menghabiskan uang sebesar Rp 40 ribu per hari untuk biaya makan dirinya dan para kucing.


Ia makan dua kali sehari masing-masing pagi dan malam.


Padahal pendapatannya sebagai pemulung tidak menentu, rata-rata dari mengumpulkan uang sehari mendapat uang Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.


"Memang pas-pasan, kadang juga kurang namun bismillah berbagi seadanya," ujarnya.

Mbah Sriah di rumah terpalnya merasa nyaman.


Bahkan dia mengaku tidak ingin pindah dari tempat tinggalnya yang sekarang.


Lantaran ia merasa betah dan dekat dengan sumber penghasilannya sebagai pemulung.


"Di gubuk rasanya hangat kalau malam, tidak kehujanan, nyamuk ada tetapi sedikit," paparnya.



Ketika mengobrol dengan Tribunjateng.com, mata Mbah Sriah berkaca-kaca saat menceritakan masa lalunya.


Ia sempat membina rumah tangga saat tinggal di Boja Kendal.


Namun suami dan anaknya meninggal.



Mbah Sriah pernah memiliki empat orang anak tetapi meninggal satu persatu yang disebabkan karena sakit berupa sakit panas, sakit mata, dan kecelakaan.


"Selepas itu saya datang ke sini, pingin di sini nanti sampai mati," jelasnya.


Warga Slamet (60) menuturkan, Mbah Sriah sudah tidak bisa berjalan sekira tiga tahun lalu.

Pasalnya Mbah Sriah pernah terjatuh sehingga kakinya sakit-sakitan.


"Ya dulu tidak separah itu, sekarang susah untuk berjalan," bebernya.


Dijelaskan Slamet, sosok Mbah Sriah dikenal periang dan suka membantu.


"Saya kenal dia sudah lama, sejak masih memulung di sekitar Jamu Jago sampai pindah di sini," katanya.


SUMBER JATENG TRIBUNEWS


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Video Nenek Ngesot Perawat Puluhan Kucing Liar Kota Semarang: Cuma Mereka Teman Saya Sampai Mati"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Menyalinkode AMP

Iklan Tengah Artikel 1

Menyalinkode AMP

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel